Bagaimana untuk bermula?

( write your own story )


Tulisan itu kadang dengan begitu mudah diatur membentuk susun kata yang mengubat jiwa dan  membangkitkan semangat. Kadang untuk mengeluarkan satu ayat terasa amat sukar hingga mengerah minda dan keringat,baru timbul perkataan yang itu pun  tidak berapa menarik.

Aduh, mencabar bukan dunia penulisan ini?

Menulis memerlukan masa yang sesuai dan penumpuan sepenuh perhatian. Tiada tulisan terhasil jika masa tidak tersusun. Tulisan lahir dari diri kita sendiri. Setelah segala ilmu tergaul  sebati dalam hati lalu diproses ke minda untuk dikeluarkan dalam bentuk tulisan mahu pun perkataan.

Semakin saya belajar menulis, saya sedar bahawa saya amat faqir pada huruf. Kadang amat sukar menterjemah apa yang bermain di minda untuk disampaikan dalam bentuk tulisan.

SubhanAllah.

Satu hikmah terbesar yang baru saya nampak hari ini adalah besarnya nikmat bahasa dan tulisan. Ini baru satu bahasa; iaitu bahasa Melayu. Apatah lagi jika kita mempelajari pelbagai jenis bahasa yang lain.

Allahu Akhbar.

Justeru entry kali ini akan saya jadikan wadah untuk menimbulkan dan konsistenkan mood penulisan yang telah lama berhabuk di telan kesibukan kerja. Terdapat banyak hal yang saya fahami secara tidak tersusun sejak saya belajar menulis. Akibat daripada keserabutan maklumat, lahirlah suatu tulisan yang mempunyai matlamat tidak tetap, berubah-ubah dan tidak difahami oleh penulis malah pembaca! Sehingga pada 11 Februari 2015 yang lepas, perkongsian seorang sahabat mengenai  satu amanah sebagai seorang muslim.


Syahadatul Haq.



( May Allah  guide us to the straight path )


Lama dahulu, ketika pertama kali mendengar perkataan itu daripada sahabat  (yang banyak bantu dan bimbing saya), saya culas untuk ambil  tahu. Saya rasa untuk apa saya ambil tahu mengenai syahadatul haq sedangkan mereka sendiri belum kongsi tentang itu.



Namun  akhirnya, saya sendiri tanya  kepada mereka apa sebenarnya syahadatul haq.  Setiap patah perkataan yang disebut menerpa satu persatu ke gegendang telinga,  hampir rebah  terasa seluruh  anggota. Suatu amanah yang telah lama saya pandang dengan leka dan lalai. Satu ilmu yang baru disedari telah lama saya tahu !

Peringatan yang pernah diberitahu oleh ibu dan ustaz di sekolah dahulu !

Kisah...

ketika kita di alam roh  bahawa kita telah pun berjanji dengan Allah untuk beriman kepada-Nya apabila kita lahir di muka  bumi. (yang terdapat di dalam al-Quran, sila cari, baca dan fahami sendiri).


Baik. Itu pertama.

Kedua, mengenai kalimah syahadah yang kita lafazkan.

Apa yang kita faham mengenai kalimah syahadah yang kita lafazkan, dan amal serta meninggikan kalimah tu dalam hidup kita. Saya petik daripada facebook Fateh Bookstore (semoga Allah melimpahkan taufiq dan hidayah kepada kita semua) , kisah seorang tokoh yang benar-benar meninggikan kalimah syahadah pada penutup  entry ini, inshaaAllah.

--


Ini Kisah Sayyid Quthb.

(cinta Ilahi)


Ulama, dai, serta para penyeru islam yang mempersembahkan nyawanya dijalan Allah, atas dasar ikhlas kepadaNya, sentiasa di tempatkan Allah pada tempat yang sangat tinggi dan mulia di hati segenap manusia.


Antara dai dan penyeru islam itu adalah seorang syuhada, Sayyid Quthb. Bahkan peristiwa cara matinya yang dilakukan dengan cara digantung , memberikan kesan mendalam dan menggetarkan bagi siapa saja yang mengenal beliau atau menyaksikan sikapnya yang teguh. Di antara mereka yang begitu tergetar dengan sosok mulia ini adalah dua orang polisi yang menyaksikan cara matinya beliau pada tahun 1966.


Salah seorang polisi itu mengetengahkan kisahnya kepada kita:

Ada banyak peristiwa yang tidak pernah kami bayangkan sebelumnya, lalu peristiwa itu menghantam kami dan mengubah total kehidupan kami.


Dipenjara militer saat itu, setiap malam kami menerima orang atau sekelompok orang, laki laki atau perempuan , tua maupun muda. Setiap orang orang itu tiba, atasan kami menyampaikan bahwa orang orang itu adalah penghianat negara yang telah bekerja sama dengan zionis yahudi . Oleh kerana itu, dengan cara apapun kami mesti mengorek rahsia dari mereka. Kami harus dapat membuat mereka membuka mulut dengan cara apapun, meski itu harus dengan menimpakan siksaan keji pada mereka tanpa pandang bulu.


Jika tubuh mereka penuh dengan berbagai luka akibat pukulan dn cambukan , itu sesuatu pemandantgan harian yang biasa. Kami melaksanakan tugas itu dengan satu keyakinan kuat bahwa kami melaksanakan tugas mulia: menyelamatkan negara dan melindungi masyarakat dari para”Penghianat keji” yang telah bekerja sama dengan yahudi hina.


Begitulah, hingga kami menyaksikan berbagai peristiwa yang tidak dapat kami mengerti. Kami menyaksikan para ‘penghianat ‘ini selalu menjaga solat mereka, bahkan senantiasa berusaha menjaga teguh Qiyamullail setiap malam, dalam keadan apapun. Ketika ayunan pukulan dan cabikan cambuk memecahkan daging mereka, mereka tidak berhenti untuk mengingati Allah. Lisan mereka senantiasa berzikir walau tengah menghadapi siksaan yang berat.


Beberapa diantara mereka pulang menghadap Allah, sementara ayunan cambuk tengah mendera tubuh mereka. Tetapi dalam kondisi mencekam itu, meka menghadapi maut dengan senyum dibibir , dan lisan yang selalu basah mengingat nama Allah.


Perlahan , kami mulai ragu , apakah benar orang orang ini adalah sekawanan ‘penjahat keji’ dan ‘penghianat’? Bagaimana mungkin orang orang yang teguh dalam menjalankan perintah agama adalah orang-orang yang berkolaborasi dngan musuh Allah?


Maka, kami , aku dan temanku yang sama sama bertugas di sini , secara rahasia menyepakati tidak menyakiti orang orang ini , serta memberikan mereka bantuan apa saja yang dapat kami lakukan.


Dengan izin Allah, tugas saya dipenjara militer tersebut tidak berlangsung lama. Penugasan kami yang terakhir dipenjara itu adalah menjaga sebuah sel dimana didalamnya dipenjara seseorang. Kami diberi tahu bahwa orang itu adalah yang paling berbahaya dari kumpulan ‘penghianat’ itu. Orang ini adalah pemimpin dan perencana seluruh rancangan jahat mereka. Namanya Sayyid Quthb.


Orang ini telah mengalami siksaan sangat berat hingga ia tidak mampu lagi untuk berdiri. Mereka harus menyeretnya ke Pengadilan Militer ketika ia akan disidangkan. Suatu malam, keputusan telah sampai untuknya, ia harus mati dengan cara digantung.


Malam itu ada seorang Syekh dibawa menemuinya. Untuk mentalqin dan mengingatkannya kepada Allah, sebelum hukuman.


Syeikh itu berkata , “wahai sayyid , ucapkanlah laa ilaaha illallah…” 


Sayyid Quthb hanya tersenyum dan berkata, “ sampai juga engkau wahai Syeikh, menyempurnakan seluruh sandiwara ini? Ketahuilah , kami mati dan mengorbankan diri demi membela dan meninggikan kalimat laa ilaaha illallah.”


Dini hari esoknya , kami, aku dan temanku, menuntun tangannya dan membawanya kesebuah kereta tertutup , dimana didalamnya telah ada beberapa tahanan lain yang juga akan dihukum. Beberapa saat kemudian , kereta penjara itu berangkat ke tempat hukuman, dikawal oleh beberapa kenderaan militer yang membawa kawanan tentera bersenjata lengkap.


Begitu tiba di tempat hukuman , tiap tentera berada pada posisinya dengan bersenjata lengkap. Para perwira militer telah menyiapkan segala hal termasuk memasang tiang gantung untuk setiap tahanan . Seorang tentera mengalungkan tali gantung keleher beliau dan para tahanan lain. Setelah semua siap, seluruh petugas bersiap menunggu perintah hukuman dijalankan.


Ditengah suasana ‘maut’ yang begitu mencekam dan menggoncangkan jiwa itu, aku menyaksikan peristiwa yang mengharukan dan mengagumkan. Ketika tali gantung telah mengikat leher mereka , masing masing saling bertausiyah kepada saudaranya, untuk tetap teguh dan sabar, serta menyampaikan kabar gembira , saling berjanji untuk bertemu disyurga , bersama dengan Rasulullah tercinta dan para sahabat. Tausiyah ini kemudian diakhiri dengan pekikan Allahu akbar wa lillahilkhamd!” aku tergetar mendengarnya.


Di saat yang genting itu , kami mendengar bunyi kenderaan datang . gerbang ruangan dibuka dan seorang pejabat militer tingkat tinggi datang dengan tergesa gesa sembari member komando agar pelaksanaan hukuman ditunda.


Perwira tinggi itu mendekati Sayyid Quthb , lalu memerintahkan agar tali gantungan dilepaskan dan tutup mata dibuka. Perwira itu kemudian menyampaikan kata kata dengan bibir bergetar,
“Saudaraku Sayyid, aku datang bersegera menghadap anda, dengan membawa kabar gembira dan pengampunan dari Presiden kita yang sangat pengasih. Anda hanya perlu menulis satu kalimat saja sehingga anda dan seluruh teman teman anda akan diampuni”.


Perwira itu tidak membuang buang waktu, ia segera mengeluarkan sebuah notes kecil dari saku bajunya dan sebuah pen, lalu berkata,


“Tulislah Saudaraku, satu kalimat saja…. Aku bersalah dan aku minta maaf…”(Hal serupa pernah terjadii ketika Ustadz Sayyid Quthb dipenjara, lalu datanglah saudarinya Aminah Quthb sembari membawa pesan dari rezim penguasa mesir, meminta agar Sayyid Quthb sekadar mengajukan permohonan maaf secara tertulis kepada Presiden Jamal Abdul Nasheer, maka dia akan diampuni. Sayyid Quthb mengucapkan kata katanya yang terkenal , “ telunjuk yang senantiasa mempersaksikan keesaan Allah dalam setiap solat, menolak untuk menuliskan sebarang satu huruf penundukan atau menyerah kepada rezim tawaghit”


Sayyid Quthb menatap perwira itu dengan matanya yang bening. Satu senyum tersungging dibibirnya. Lalu dengan sangat berwibawa beliau berkata, “Tidak akan pernah ! Aku tidak akan pernah bersedia menukar kehidupan dunia yang fana ini dengan akhirat yang abadi”.


Perwira itu berkata dengan nada suara bergetar karena rasa sedih yang mencekam, “tetapi sayyid, itu artinya kematian…”.


Ustadz Sayyid Quthb berkata tenang , “ Selamat datang kematian dijalan Allah … sungguh Allah Maha Besar!”


Aku menyaksikan seluruh episod ini, dan tidak mampu berkata apa apa. Kami menyaksikan gunung menjulang yang kukuh berdiri mempertahankan iman dan keyakinan. Dialog itu tidak dilanjutkan, dan sang perwira memberi tanda hukuman untuk diteruskan.


Segera mereka menekan tuas, dan tubuh Sayyid Quthb beserta kawan kawannya akan menggantung. Lisan semua mereka yang akan menjalani hukuman untuk mengucapkan sesuatu yang tidak akan pernah kami lupakan untuk selama lamanya…. Mereka mengucapkan Laa ilaaha illallah, Muhammad rosulullah…”.


Sejak hari itu, aku berjanji kepada diriku untuk bertaubat, takut kepada Allah, dan berusaha menjadi hambaNya yang saleh. Aku senantiasa berdoa kepada Allah agar Dia mengampuni dosa dosaku , serta menjaga diriku dalam iman hingga akhir hayatku.


Diambil dari kumpulan kisah:” mereka yang kembali kepada Allah “ karya Muhammad Abdul Aziz Al musnad)


__



Akhir.


"Experience is the best teacher." Pengalaman adalah guru terbaik. Tidak dinafikan. Walhal kita tahu,  sekecil-kecil hal yang kita lakukan dalam hidup merupakan pengalaman.  Ia berharga apabila mampu membuat kita lebih maju pada masa mendatang.


 
(tears)

Malu sekali diri ini, tatkala mula mengungkap kata. Sedang bukan saya  yang selayaknya. Tidak mampu  rasanya menulis dalam  keadaan mencuri masa, sedang diri bergelut dengan masa di alam realiti yang tidak seindah 'maya'. Kehidupan di alam maya terlalu sedikit untuk di nilai sebagai baik sebagai hambaNya atau baik sesama manusia, kerana yang paling penting adalah bagaimana kehidupan dan akhlak kita di alam nyata. 


Ingin sekali saya  menjaga silaturrahim dengan semua kawan-kawan sekolah dahulu. Fi hifzillah. 


Maafkan saya yang amat tidak sempurna dalam menyampaikan, tetapi ini adalah sebahagian daripada apa yang ingin dikongsikan. Semoga Allah memandang tulisan  ini sebagai salah satu usaha mencapai redhaNya. Terima kasih buat yang sudi mengambil ilmu dan pengisian yang serba kurang. Moga  Allah melimpahkan kita taufiq dan hidayahNya. Amin!






Comments

Popular posts from this blog

Jalur Perjalanan Menuju Tuhan

Al-Aqsa

Semulia Khadijah